Destilator Basah Pembuatan Etanol dan Sari Buah DB 16 L kapasitas per batch 16 liter per batch 60 menit.  Dapat digunakan terus sepanjang hari hingga mendestilasi 10- 20 kali @ 16 liter/ batch atau setara kapasitas destilasi ~ 100 liter/ hari bisa didapatkan  aneka hasil ektrasi.

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.  Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali menjadi bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.

Beberapa manfaat antara lain :

Subtrat limbah buah sayur kandungan gula ( sukrosa) tinggi setelah pemanasan dengan kompor burner ( bahan bakar LPG, biogas, briket sampah) per batch 1 jam, dan jika diperlukan hasil etanol kemurnian tinggi hingga 90% akan : 

1. menghasilkan ethanol dan sari buah probiotik bagi kebaikan imunitas tubuh. Destilasi atas buah yang telah di fermentasi  menghasilkan sari ( jeruk, nanas, melon, kesemek, mangga, apel, tomat, timun, semangka, dan aneka buah manis lainnya) dan bertahan lama tanpa pengawet bahan tambahan pangan.

2. Destilasi sari buah juga  akan hasilkan ethanol bagi pembuatan hand sanitizer menghasilkan atsiri zat baik dari jahe, kapolaga, dan aneka rempah

Distilator "basah" atau destilasi uap-air (sering disebut juga metode ekstraksi uap) untuk produksi etanol merujuk pada  metode penyulingan di mana bahan yang mengandung alkohol direndam dalam air dan dipanaskan. Metode ini memanfaatkan perbedaan titik didih antara air dan etanol untuk memisahkan keduanya. 

Prinsip Kerja

Prinsip utama destilasi basah adalah pemisahan komponen berdasarkan perbedaan titik didih. Etanol memiliki titik didih yang lebih rendah (sekitar 78,4°C) dibandingkan air (100°C). 

Proses Produksi Etanol dengan Destilator Basah

Proses produksi dengan destilator basah umumnya melibatkan langkah-langkah berikut:

1. Persiapan Bahan Baku: Bahan baku yang kaya gula atau karbohidrat (seperti tebu, jagung, atau singkong) dihidrolisis dan difermentasi menggunakan ragi (misalnya Saccharomyces cerevisiae) untuk menghasilkan "bir" atau larutan fermentasi yang mengandung sekitar 16-18% volume etanol dan air.
2. Pemanasan (Evaporasi): Larutan hasil fermentasi (bir) ditempatkan dalam wadah destilasi (boiler) dan dipanaskan. Suhu dijaga pada kisaran titik didih etanol, sekitar 80°C hingga 89°C, untuk menguapkan etanol lebih dominan daripada air.
3. Kondensasi: Uap yang dihasilkan, yang kaya akan etanol, dialirkan melalui pipa menuju kondensor (alat pendingin). Di dalam kondensor, uap didinginkan oleh air atau media pendingin lainnya sehingga berubah kembali menjadi cairan (kondensat).
4. Pengumpulan (Destilat): Cairan hasil kondensasi (destilat) ditampung dalam wadah terpisah. Destilat ini memiliki konsentrasi etanol yang lebih tinggi daripada cairan awal.
5. Pemurnian Lanjutan (Opsional): Destilat awal biasanya memiliki kadar alkohol antara 20% hingga 40%. Untuk mencapai kemurnian yang lebih tinggi (hingga 95% atau lebih), proses destilasi dapat diulangi beberapa kali atau menggunakan alat destilasi refluks/kolom bertingkat. 

Keuntungan dan Keterbatasan

• Keuntungan: Metode ini relatif sederhana dan dapat menggunakan peralatan yang tidak terlalu rumit, bahkan bisa skala rumahan atau UMKM.
• Tulis Ulasan

  Nama Anda

  Ulasan Anda

  Catatan : HTML tidak dapat diterjemahkan!

  Rating :     Jelek           Bagus

  Lanjutkan